Rubrik Book Review
kami hadirkan sebagai sarana untuk memahami tentang realitas sosial kita
secara kritis. Buku-buku yang direview dalam rubrik ini mengajak kita
untuk melakukan analisis kritis sejarah formasi sosial-ekonomi-politik
hingga fenomena kontemporer globalisasi kapitalisme. Tiga buku dari empat
buku yang direview mengajak kita untuk melihat Islam bukan sekedar sebagai
agama dalam arti spiritual, melainkan sebagai sebuah sistem nilai yang
berupaya membebaskan manusia dari kejahatan, kezaliman dan pemberhalaan
terhadap sistem dan struktur dunia yang penuh penindasan dan ketidakadilan.
Harapan kami, pembaca dapat mengambil hikmah dari potret masyarakat kekinian
yang diangkat oleh sejumlah intelektual dalam pemikiran-pemikiran mereka
yang menggugah untuk turut berkontribusi melakukan upaya-upaya transformasi
sosial masyarakat dari jerat sistem penuh fantasi bernama kapitalisme
yang ternyata justru mengajak mencekik leher sendiri.
- Islam
dan Teologi Pembebasan
Asghar Ali Engineer
Teologi pembebasan
hadir untuk mengambil peran dalam membela kelompok yang tertindas. Ia
(teologi pembebasan_red) anti kemapanan, baik kemapanan religius maupun
politik.
Islam sendiri pada awal perkembangannya banyak dipeluk oleh orang-orang
yang bukan merupakan golongan elit di masyarakat. Muhammad sebagai pembawa
risalah juga berasal dari keluarga Quraisy yang walaupun cukup terpandang,
tidak tergolong sebagai keluarga yang kaya dan memiliki status social
yang tinggi. Pada saat itu Islam menjadi tantangan yang membahayakan
para saudagar kaya Mekah, sehingga kemudian mereka menolak ajarannya.
Bukan semata-mata karena mereka menolak risalah tauhid, tetapi lebih
kepada ketakutan mereka terhadap Islam yang akan membawa perubahan sosial,
khususnya pada tingkatan kekuasaan, baik politik maupun ekonomi
Dalam menghadapi tantangan kemiskinan, Engineer mengatakan bahwa jika
agama hendak menciptakan kesehatan sosial, dan menghindarkan diri dari
sekedar menjadi pelipur lara dan tempat berkeluh kesah, agama harus
mentransformasikan diri menjdi alat yang canggih untuk melakukan perubahan
sosial.
- Ideologi
Kaum Intelektual, Suatu Wawasan Islam
Dr. Ali Syariati
Islam sebagai sebuah ideologi, bukanlah spesialisasi ilmiah, melainkan
perasaan yang dimiliki seorang berkenaan dengan mazhab pemikiran sebagai
suatu sistem keyakinan dan bukan sebagai suatu kebudayaan. Hal ini berarti
Islam perlu dipahami sebagai sebuah ide dan bukan sebagai sekumpulan
ilmu. Islam perlu difahami sebagai suatu gerakan kemanusiaan, historis
dan intelektual, bukan sebagai gudang informasi teknis dan ilmiah. Dengan
demikian berarti Islam perlu dipandang sebagai ideologi dalam pikiran
seorang intelektual, bukan sebagai ilmu-ilmu agama kuno dalam pikiran
seorang ahli agama.
Namun demikian, proses pemihakan seorang Muslim terhadap ideologi Islam
tidak bisa dipaksakan maupun dibayang-bayangi kekuatan di luar dirinya,
melainkan harus terinternalisasi secara sukarela atas dasar kehendak
bebasnya untuk memilih dan menentukan. Jika ideologi tidak lagi merupakan
manifestasi kehendak merdeka seseorang, atau dipaksakan kehadirannya,
maka ia telah kehilangan ruhnya dan berubah menjadi sekedar sebuah tradisi
sosial bagian dari kebudayaan, ia telah kehilangan karakteristik aslinya.
- Jalan
Lain; manifesto intelektual organik
Dr.Mansour Fakih
"Sebagai
golongan intelektual, tugas kita memang bukan sekedar 'memberi makna'
terhadap realitas sosial globalisasi, menguatnya neoliberalisme saat
ini, dan meratapinya. Tugas kita sebagai intelektual adalah ikut menciptakan
sejarah dengan membangun gerakan pemikiran dan kesadaran kritis untuk
memberi makna masa depan kita sendiri."
Apa hakikat ilmu sosial dan penelitian sosial, dan atas kepentingan
siapa dan dalam rangka apa sesungguhnya ilmu sosial dan penelitian sosial
dilakukan? Pertanyaan ini membawa pada pertanyaan lanjutan, kepada siapa
hendaknya pengetahuan sosial dan penelitian sosial diabdikan? Secara
panjang lebar Fakih menguraikan bagaimana seharusnya metode riset partisipatori
digunakan sebagai praktek pembebasan. Tugas utama penelitian adalah
menciptakan ruang masyarakat untuk mentransformasikan gerakannya. Bagaimana
penelitian ini mampu memfasilitasi gerakan masyarakat untuk menyelenggarakan
pengkajian kritis yang mempertanyakan asumsi dasar, ideologi dan paradigma
mereka dan implikasinya secara teoretik dan praktik terhadap perubahan
sosial. Ilmu sosial dengan demikian harus memiliki nilai moral dan memungkinkan
setiap orang untuk berpartisipasi dan memberikan kontribusi untuk kemajuan
bersama
- Islam
Kiri: Melawan Kapitalisme Modal Dari Wacana Menuju Gerakan
Eko Prasetyo
Realitas yang tampak di depan mata percaturan dunia saat ini menunjukkan
betapa umat Islam berada pada posisi marginal, tertindas, dan subordinat.
Permasalahan utama yang muncul pada umat Islam pada umumnya terkait
dengan faktor keterbelakangan ekonomi, sosial, dan instabilitas politik.
Upaya kritis untuk menyelesaikan permasalahan ini mendesak untuk dilakukan
demi menyelamatkan Islam dari kemunduran dan benturan bertubi-tubi dari
arus global.
Dalam sejarah keagamaan telah dibuktikan, bahwa sebuah agama bisa menyalakan
revolusi dan meruntuhkan kekuasaan korup. Iman dalam konteks ini adalah
proses internal kenyataan dan dorongan menuju perubahan dan bukan mencari
penyesuaian atas realita yang ada. Jangan sampai agama justru dimanfaatkan
untuk mempertahankan dan mendukung status quo
|